Magetan: Sekitar pukul 17.15 WIB, Rabu (18/5), proses evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules jenis C-130 di Desa Jemplak, Karas, Magetan, Jawa Timur, dihentikan karena kegelapan yang mulai menyelimuti. Selain itu, lokasi jatuhnya pesawat di tengah sawah yang dipenuhi lumpur, turut menghambat upaya evakuasi.
Hingga petang tadi, jumlah korban tewas mencapai 98 orang, 12 orang terluka, dan satu orang belum ditemukan. Seluruh korban dievakuasi ke Rumah Sakit Lanud Iswahyudi dan RS Dokter Sudono di Madiun. Sedangkan korban yang telah teridentifikasi berjumlah 39 orang.
Sementara itu, sejak siang tadi Bandar Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, sudah dipenuhi sejumlah keluarga korban yang menunggu kepastian tentang nasib kerabat mereka. Rencananya, mereka akan diterbangkan ke Madiun. Namun, mereka mengaku resah karena hingga kini belum ada keterangan dari pihak TNI AU tentang status para korban [baca: Korban Tewas Hercules 78 Orang].
Suasana duka memang tengah menyelimuti keluarga korban. Seperti yang dirasakan orangtua Kapten Nurman Syuri. Mereka tak menduga pertemuan keluarga yang direncanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, berujung pada kepergian ibu dua anak ini untuk selama-lamanya. Nurman Syuri sendiri adalah anggota Dinas Penerangan Mabes TNI Angkatan Udara.
Isak tangis juga menggema dari rumah kopilot Kapten M. Firdaus Yunan di Tembelang, Jombang, Jatim. Sejak siang tadi kerabat keluarga sudah berdatangan untuk memastikan kabar tewasnya alumni Akabri tahun 2001 ini. Sang ibu sempat tidak percaya karena tadi pagi sebelum terbang, Kapten Firdaus masih menelepon dirinya.
Di antara para korban tewas juga terdapat Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV Biak, Marsekal Pertama Harsono. Sepekan sebelumnya Harsono sempat memimpin Komando Pengendalian Operasi dan Latihan Tempur Udara di perbatasan Nusa Tenggara Timur-Timor Leste. Dalam arahannya dia mengingatkan prajurit TNI AU untuk tetap waspada dalam melaksanakan tugas. Harsono sendiri tewas bersama istrinya dalam penerbangan menuju Madiun itu.
Pesawat Hercules jenis C-130 dikenal sebagai pesawat yang cukup tangguh. Pesawat Hercules bisa terbang hingga puluhan tahun meski usia sudah uzur. Dengan kemampuan mengangkut beban hingga 15 ton dan dapat mendarat dan terbang di lintasan pendek. Bahkan, sebuah situs internet menyatakan, Hercules jenis C-130 adalah pesawat terbaik yang pernah dibuat manusia. Indonesia juga tercatat sebagai negara Asia pertama yang menerbangkan pesawat buatan Amerika Serikat ini.
Meski dikatakan tangguh, di Indonesia pesawat jenis ini sudah kerap kali mengalami kecelakaan. Terakhir pada 11 Mei lalu, pesawat Hercules lepas roda saat mendarat di Bandara Wamena, Papua. Dalam peristiwa ini seorang warga terluka parah akibat terkena empasan ban yang terlepas.
Rentetan kecelakaan tersebut yang membuat pemerintah tengah mempertimbangkan kembali penggunaan Hercules C-130. Menurut Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, jika hasil penyelidikan membuktikan adanya kesalahan teknis pada jenis pesawat, pemerintah berencana akan membumikan atau meng-grounded seluruh pesawat Hercules milik Indonesia.
Sementara itu, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo memperkirakan, penyebab jatuhnya pesawat kemungkinan adalah karena kurangnya perawatan dan kurangnya jam terbang pilot. Dia pun menyatakan mendukung diadakan penyelidikan menyeluruh agar kecelakaan pesawat dapat diperkecil.
SUMBER DI KUTIP DARI WWW.LIPUTAN6.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar