Disini adalah blogspot milik dari mantan artis cilik Lidra Reza Wisudawan,dia ingin sekali memberi berita aktual tajam dan terpercaya dari narasumber yang bisa dipertanggung jawab kan Oleh Sang penulis artikel sendiri.Berita yang dia siarkan adalah murni kebenaran nya,dikerjakan secara investigasi.Mudah-mudahan informasi yang diberikan sangat berguna untuk kalian semua sebagai pembaca.Jangan lupa memberi komentar di blogspot ini!OKEY...
Senin, 08 Juni 2009
EMPUK,GURIH IGA BAKAR BALI.
Jakarta - Kalau mengaku penggemar iga bakar, sebaiknya cicipi dulu iga yang satu ini. Iga sapinya besar dan dagingnya juga tebal. Dahsyatnya, dagingnya empuk, terasa lembut di mulut. Lumuran bumbunya merasuk hingga ke ujung tulangnya. Makin mantap dimakan dengan lawar kacang. Rasakan gigitan bumbu racikan Balinya yang menggetarkan lidah!
Sebenarnya waktu di Yogyakarta saya sudah pernah ditawari buat mampir ke restoran Sapi Bali yang ada di pinggiran Yogya oleh seorang teman. Karena tak cukup waktu maka sayapun batal mampir. Buat saya nama Sapi Bali sudah cukup mengundang rasa ingin tahu. Daging sapi tidak lazim dimakan oleh orang Bali. Selain itu apa mungkin sapi trah Bali ya yang dibuat iga bakar? Atau bumbunya memakai bumbu khas Bali?
Untuk menjawab pertanyaan itulah, siang itu saya meluangkan waktu ke jalan Cibulan, mencari rumah makan Sapi Bali yang sudah kondang juga di Semarang. Tampilan rumah makan yang ada di tikungan jalan ini memang sama sederhana. Meja kayu panjang bertaplak plastik merah menyala yang jadi ciri khasnya. Di bagian luar terdapat panggangan besi panjang tempat membakar iga sapi yang mengepulkan asap wangi... hmmm!
Menu yang ditawarkan ditulis dalam lembaran besar. Terdiri dari iga sapi bakar, ayam betutu, bebek betutu, sop iga, sosis Bali, lawar kacang dan ayam kecombrang. Keterangan singkat di setiap menu plus foto yang cukup besar sangat membantu sebelum menentukan pilihan.
Pelayan yang ramah menjelaskan secara rinci soal jenis bumbu iga bakar. ‘Kalau nggak suka pedas bisa dibumbu kecap,’ demikian penjelasannya. Wah, karena sudah kepalang ingin merasakan sentuhan bumbu Bali, jadilah saya memesan iga sapi bakar berbumbu pedas, ayam kecombrang plus lawar kacang.
Labih dari 10 menit, iga bakar muncul dalam porsi yang lumayan besar. Tulang iganya lebih dari 20 cm, menjuntai keluar piring. Dua tulang iga panjang berjajar dengan balutan daging yang tebal. Semangkuk kaldu agak butek kecokelatan yang mengepul disajikan bersama iga ini.
Dengan sentuhan pisau steak yang tak terlalu kuat ternyata daging iga sudah sobek, mudah sekali diangkat dengan garpu. Begitu masuk ke dalam mulut, sangat terasa kelembutannya, empuk dan mudah dikunyah! Aroma bawang puith, jahe, dan kunyit menyeruak di sela-sela dagingnya. Suapan daging ini makin enak dengan iringan kaldu yang ternyata pedas menggigit!
Porsi iga bakar yang luarnya agak kering ini memang besar. Mirip porsi iga Tonny Roma's, resto iga Amerika. Lapisan dagingnya memang sangat tebal, bahkan saya bersama temanpun akhirnya tak sanggup menghabiskan daging iga yang super empuk ini. Konon inilah keunggulan chef Adzan sang peracik yang mantan Executive Chef sebuah hotel berbintang di Yogyakarta.
Sebaliknya ayam kecombrang disajikan dalam piring kecil. Suwiran ayam goreng yang rneyah gurih diaduk dengan irisan bawang merah, kecombrang, cabai rawit merah, dan kucuran air jeruk limau yang wangi. Meskipun cukup pedas buat saya irisan kecombrangnya kurang banyak sehingga rasa segar wanginya tak merata.
Lawar kacang yang tak lain urap kacang panjang ala Bali juga tampil dalam piring kecil lengkap dengan irisan jeruk limaunya. Rasa kacangnya renyah, diiringi sapuan rasa gurih bumbunya yang tak terlalu tajam. Rasanya lawar yang gurih segar ini pas sebagai jodoh iga bakar yang garang rasanya.
Pedas cabai rawit merah yang kuat menggigit lidah, membuat butiran keringat mulai berlelehan. Apalagi ruangannya tidak ber-AC, sehingga rasa panaspun makin menggila. Untung saja saya memesan segelas Duluman. Es cincau hijau dengan kuah santan ini bukan hanya legit dingin tetapi juga unik. Santan dari kelapa bakar yang dipakai sebagai kuahnya meninggalkan jejak gosong harum yang sangat enak. Perlahan-lahan rasa pedaspun mereda dan perutpun terasa benar-benar kenyang!
Kepuasan menyantap iga bakar itu ternyata berharga tak terlalu mahal. Seporsi besar iga bakar (cukup untuk berdua) Rp 30.000,00, ayam kecombrang Rp 15.000,00, lawar kacang Rp 8.000,00 dan daluman Rp 7.000,00. Hmm... kalau ingin mencicipi iga bakar versi Bali, mampir saja ke sini. Dijamin kenyang!
Rumah Makan Sapi Bali
Jalan Cibulan Raya No. 17A
Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telpon: 021-727-86442
Jam buka : 11.00 – 21.00wib.
PENULIS ARTIKEL : LIDRA REZA.
ILUSTRASI MILIK DARI RUMAH MAKAN SAPI BALI.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar